Analisis Kegagalan Timnas U-22 Indonesia di SEA Games 2025: Sorotan Tajam dan Komentar Kritis dari Media Vietnam

Analisis Kegagalan Timnas U-22 Indonesia di SEA Games 2025: Sorotan Tajam dan Komentar Kritis dari Media Vietnam

Jakarta – Tersingkirnya Tim Nasional U-22 Indonesia dari persaingan menuju babak semifinal SEA Games 2025 memicu reaksi keras, tidak hanya dari publik sepak bola domestik, tetapi juga dari media-media asing. Salah satu yang memberikan sorotan paling tajam adalah media Vietnam, Soha, yang menyoroti kegagalan Garuda Muda melaju ke babak berikutnya meskipun berhasil meraih kemenangan telak 3-1 atas Myanmar di laga penutup grup.

Baca Juga : Kritik Pedas Marco van Basten untuk Mohamed Salah: Disebut Berotak Serangga Usai Kritik Keputusan Pelatih Liverpool

Kegagalan ini sangat mengejutkan mengingat Indonesia datang ke ajang ini sebagai juara bertahan, namun harus terhenti di fase grup karena kalah selisih gol dari Malaysia.

Judul Kontroversial dan Emosi di Lapangan

Soha merilis artikel dengan judul yang provokatif: “Meskipun meraih kemenangan telak 3-1 atas Myanmar, tim U22 Indonesia tetap menangis di lapangan.”

Media tersebut juga secara sengaja memasang foto penyerang Indonesia, Jens Raven, yang tampak menangis di lapangan. Raven sendiri merupakan salah satu pemain yang mencetak dua gol ke gawang Myanmar, namun usahanya tersebut tidak cukup untuk membawa timnya lolos ke babak semifinal karena terbentur regulasi selisih gol di antara tim runner-up terbaik. Malaysia berhak lolos ke semifinal setelah unggul dalam perhitungan jumlah gol yang dicetak.

Kritik Taktis: Ketergantungan dan Ketidaksabaran

Selain menyoroti kegagalan regulasi, Soha juga mengomentari pendekatan taktis yang digunakan Timnas U-22 Indonesia di bawah asuhan pelatih Indra Sjafri. Mereka secara spesifik menyoroti strategi lemparan ke dalam jarak jauh yang berulang kali digunakan sebagai upaya untuk membongkar pertahanan lawan.

“Mereka berulang kali menggunakan lemparan ke dalam yang kuat ke dalam kotak penalti – taktik yang sudah biasa mereka gunakan. Namun, tim U22 Myanmar terbukti sangat disiplin,” tulis Soha, mengindikasikan bahwa taktik Garuda Muda dianggap monoton dan mudah dibaca.

Media Vietnam itu juga menyoroti aspek psikologis dan mentalitas pemain Indonesia yang dinilai terlalu terburu-buru dalam mengejar gol, sehingga justru kebobolan lebih dahulu.

“Ketidaksabaran tim Indonesia semakin meningkat ketika mereka secara tak terduga kebobolan gol pada menit ke-30,” kritik media tersebut. Gol spektakuler yang dicetak Myanmar di menit tersebut memaksa Indonesia untuk meningkatkan intensitas serangan secara tergesa-gesa.

Soha menyimpulkan bahwa upaya serangan yang terburu-buru tersebut seringkali tidak efektif. “Gol spektakuler ini memaksa Indonesia untuk meningkatkan serangan mereka, tetapi kemudian mereka kesulitan dengan tembakan-tembakan yang kurang akurat,” lanjut laporan tersebut.

Meskipun Timnas U-22 Indonesia berhasil membalas gol pada menit ke-45 dan menutup babak pertama dengan skor imbang 1-1, momentum yang hilang akibat kebobolan lebih dulu dan kegagalan mencetak gol dengan margin besar pada akhirnya menutup peluang mereka di SEA Games kali ini.